Dampak Negatif Teknologi – Teknologi tak terelakkan dan bahkan krusial bagi kehidupan kita sehari-hari saat ini.
Teknologi memainkan peran vital dalam eksistensi mental dan fisik kita di dunia. Bukan lagi “Saya berpikir, maka saya ada”, melainkan “Saya mendigitalkan, maka saya ada”.
Also Read
Meskipun teknologi menawarkan media informasi dan pengetahuan yang baru dan tak terbatas bagi anak-anak kita.
Dan sebagai sarana komunikasi tanpa batas, dampak negatif teknologi tidak dapat dilebih-lebihkan.
Dampak Negatif Teknologi yang Perlu Diwaspadai
Mari kita lihat beberapa bahaya paling umum dari penggunaan teknologi terhadap kesehatan fisik dan mental, pendidikan, dan kehidupan sosial anak-anak dan remaja.
Dampak Fisik

Selanjutnya dampak negatif teknologi terhadap kesehatan fisik anak muda merupakan dampak negatif teknologi yang paling mudah diukur.
Dampak kesehatan yang paling sering digembar-gemborkan dari penggunaan teknologi adalah penyakit metabolik yang disebabkan oleh gaya hidup sedentari yang dipicu oleh penggunaan teknologi.
Duduk dengan perangkat digital tidak hanya mengurangi jumlah gerakan fisik yang diperlukan untuk tetap sehat, tetapi juga mendorong keinginan ngemil lebih banyak, yang semuanya menyebabkan, di antara banyak penyakit, obesitas.
Duduk terus-menerus juga menyebabkan masalah punggung dan leher. Masalah ini diperparah dengan membungkuk terus-menerus ke arah perangkat genggam, yang menyebabkan penyakit yang sama sekali baru.
Tendinitis pada ibu jari disebabkan oleh penggunaan ibu jari yang berulang untuk menekan tombol pada perangkat atau bermain terlalu banyak gim.
Sindrom Terowongan Karpal adalah masalah fisik lain yang disebabkan oleh penggunaan pergelangan tangan dan jari yang berlebihan untuk mengetik pada perangkat yang berbeda.
Menatap layar secara terus-menerus dapat menyebabkan sakit kepala kronis dan penglihatan yang buruk. Sindrom penglihatan digital kini menjadi serangkaian penyakit baru yang semakin umum.
Musik yang keras dan terus-menerus melalui headphone kemungkinan besar menyebabkan gangguan pendengaran dan telinga berdenging.
Menggunakan teknologi terlalu dekat dengan waktu tidur mengganggu tidur, baik karena menyebabkan ketidakseimbangan melatonin-seratonin maupun karena proses berpikir yang teraktivasi secara berlebihan melalui stimulasi sensorik yang berlebihan.
Cahaya biru yang dipancarkan oleh berbagai layar mengganggu ritme sirkadian alami tubuh, yang menyebabkan insomnia dan kabut mental terkait.
Kesehatan Mental

Kecanduan teknologi merupakan masalah kesehatan mental serius yang dipicu oleh penggunaan/penggunaan perangkat digital secara berlebihan.
Dan hal ini dapat merusak kesehatan dan kehidupan sosial anak, serta menghancurkan ikatan sosial dan keluarga.
Stres Kronis Akibat Penggunaan Ponsel Pintar merupakan masalah baru yang ditemukan dalam penggunaan digital.
Notifikasi dan interaksi yang konstan dengan perangkat digital menciptakan jalur memori stres-takut baru di otak.
Bagian otak kita yang biasanya menangani pemikiran tingkat tinggi akan mati dalam kondisi seperti itu dan menguras daya otak serta waktu kita.
Depresi dan kecemasan telah terbukti berhubungan langsung dengan penggunaan media sosial.
Beberapa tinjauan sistematis menunjukkan hubungan antara media sosial dan depresi/kecemasan. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan teknologi mungkin lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental.
Ini mungkin termasuk kurangnya perhatian, kreativitas rendah, keterlambatan perkembangan bahasa, keterlambatan perkembangan sosial dan emosional, dan kecanduan terhadap teknologi ini.
Sebuah studi terhadap remaja berusia 15โ16 tahun menemukan bahwa mereka yang terlibat dalam media digital dalam jangka waktu yang lebih lama memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
Kesehatan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial dan telah hidup dalam kelompok sosial selama ribuan tahun. Pertapaan sosial selalu menjadi pengecualian, bukan norma.
Namun, internet dan media sosial, yang awalnya dimaksudkan untuk menyatukan orang, telah mengisolasi kita secara fisik satu sama lain. Hal ini tampaknya terutama berlaku bagi populasi muda.
Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa orang dengan penggunaan media sosial yang lebih tinggi lebih lebih mungkin merasa terisolasi sosial dibandingkan mereka yang tidak sering menggunakan media sosial.
“Jejaring sosial” pada kenyataannya adalah “isolasi sosial”. Telah dikatakan bahwa penggunaan teknologi yang berlebihan merampas keterampilan sosial anak-anak kita.
Anak-anak lebih suka mengobrol di platform daring daripada bertemu langsung dengan teman.
Penggantian interaksi di dunia nyata dengan komunikasi daring mengakibatkan hilangnya kemampuan membaca isyarat seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada suara. (Fahma Ardiana)









