Bahaya Teknologi AI -Kecerdasan buatan (AI) memiliki nilai yang sangat besar, tetapi memanfaatkan sepenuhnya manfaat AI berarti menghadapi dan menangani potensi jebakannya.
Sistem canggih yang sama yang digunakan untuk menemukan obat baru, menyaring penyakit, mengatasi perubahan iklim, melestarikan satwa liar, dan melindungi keanekaragaman hayati.
Also Read
Selain itu AI juga dapat menghasilkan algoritma bias yang menyebabkan kerugian dan teknologi yang mengancam keamanan, privasi, dan bahkan keberadaan manusia.
Bahaya Teknologi AI Beserta Risikonya
Berikut dibawah ini adalah 5 bahaya teknologi AI yang harus dipahami. Banyak risiko AI yang tercantum di sini dapat dikurangi, tetapi para ahli, pengembang, perusahaan, dan pemerintah AI masih harus mengatasinya.
Bias

Manusia pada dasarnya memiliki bias, dan AI yang kita kembangkan dapat mencerminkan bias kita. Sistem ini secara tidak sengaja mempelajari bias yang mungkin ada dalam data pelatihan.
Serta ditunjukkan dalam algoritma pembelajaran mesin (ML) dan model pembelajaran mendalam yang mendasari pengembangan AI.
Bias yang dipelajari tersebut mungkin terus berlanjut selama penerapan AI, sehingga menghasilkan hasil yang bias.
Selain itu bias AI dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan dengan potensi hasil yang merugikan.
Contohnya antara lain sistem pelacakan pelamar yang mendiskriminasi gender, sistem diagnostik layanan kesehatan yang memberikan hasil akurasi yang lebih rendah untuk populasi yang secara historis kurang terlayani.
Selain itu ada juga alat kepolisian prediktif yang secara tidak proporsional menargetkan komunitas yang terpinggirkan secara sistemik.
Ancaman Keamanan Siber
Aktor jahat dapat memanfaatkan AI untuk melancarkan serangan siber. Mereka memanipulasi perangkat AI untuk mengkloning suara, menghasilkan identitas palsu, dan membuat email phishing yang meyakinkan.
Semuanya dengan tujuan untuk menipu, meretas, mencuri identitas seseorang, atau membahayakan privasi dan keamanan mereka.
Dan meskipun berbagai organisasi memanfaatkan kemajuan teknologi seperti AI generatif, hanya 24% inisiatif AI generatif yang diamankan.
Kurangnya keamanan ini mengancam data dan model AI terhadap pelanggaran, yang rata-rata biaya globalnya mencapai USD 4,88 juta pada tahun 2024.
Masalah Privasi Data

Model bahasa besar (LLM) adalah model AI yang mendasari banyak aplikasi AI generatif, seperti asisten virtual dan chatbot AI percakapan.
Sesuai namanya, model bahasa ini membutuhkan data pelatihan dalam jumlah besar. Namun, data yang membantu melatih LLM biasanya bersumber dari perayap web yang mengumpulkan dan mengikis informasi dari situs web.
Data ini sering diperoleh tanpa persetujuan pengguna dan mungkin berisi informasi identitas pribadi (PII).
Sistem AI lain yang memberikan pengalaman pelanggan yang disesuaikan mungkin juga mengumpulkan data pribadi.
Kehilangan Pekerjaan
AI diperkirakan akan mengganggu pasar kerja, memicu kekhawatiran bahwa otomatisasi bertenaga AI akan menggantikan pekerja.
Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia, hampir separuh organisasi yang disurvei memperkirakan AI akan menciptakan lapangan kerja baru, sementara hampir seperempatnya menganggapnya sebagai penyebab hilangnya pekerjaan.
Meskipun AI mendorong pertumbuhan peran-peran seperti spesialis pembelajaran mesin, insinyur robotika, dan spesialis transformasi digital, AI juga mendorong penurunan posisi di bidang lain.
Ini termasuk peran administrasi, sekretaris, entri data, dan layanan pelanggan, sebagai contoh.
Cara terbaik untuk memitigasi kerugian ini adalah dengan mengadopsi pendekatan proaktif yang mempertimbangkan bagaimana karyawan dapat menggunakan perangkat AI untuk meningkatkan pekerjaan mereka; berfokus pada penambahan alih-alih penggantian.
Misinformasi dan Manipulasi

Seperti halnya serangan siber, pelaku kejahatan memanfaatkan teknologi AI untuk menyebarkan misinformasi dan disinformasi, memengaruhi dan memanipulasi keputusan serta tindakan orang-orang.
Misalnya, robocall yang dihasilkan AI yang meniru suara Presiden Joe Biden dibuat untuk mencegah banyak pemilih Amerika pergi ke tempat pemungutan suara.
Selain disinformasi terkait pemilu, AI dapat menghasilkan deepfake, yaitu gambar atau video yang diubah untuk menggambarkan seseorang seolah-olah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan.
Deepfake ini dapat menyebar melalui media sosial, memperkuat disinformasi, merusak reputasi, dan melecehkan atau memeras korban.
Halusinasi AI juga berkontribusi terhadap misinformasi. Keluaran yang tidak akurat namun masuk akal ini berkisar dari ketidakakuratan fakta kecil hingga informasi palsu yang dapat membahayakan.
AI memang menjanjikan, tetapi juga memiliki potensi bahaya. Memahami potensi risiko AI dan mengambil langkah proaktif untuk meminimalkannya dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Itulah dia pembahasan mengenai 5 bahaya teknologi AI yang harus dipahami. Semoga bermanfaat! (Fahma Ardiana)